Amalan berkurban

 Pengertian Qurban Secara Lengkap – Setiap tanggal 10 Dzul Hijjah, semua umat Islam yang tidak melaksanakan haji merayakan hari raya Idul Adha. Pada hari itu, umat Islam sangat disunnahkan untuk berqurban dimana mereka menyembelih hewan qurban untuk kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh umat Islam di suatu daerah. Lalu apakah sebenarnya Qurban itu? Dibawah ini akan dijelaskan secara lengkap.


Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” yang berarti dekat (قربان). Kurban dalam Islam juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.


Dalil Disyari’atkannya Kurban

Allah SWT telah mensyariatkan kurban dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (Al-Kautsar: 1 — 3).


“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai syiar Allah. Kamu banyak memperoleh kebaikan dari padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya.” (Al-Hajj: 36).


Keutamaan Ibadah Kurban

Dari Aisyah ra, Nabi saw bersabda, “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari raya Kurban yang lebih dicintai Allah SWT dari menyembelih hewan Kurban. Sesungguhnya hewan Kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah Kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) Kurban itu.” (HR Tirmidzi).Hukum Berkurban

Ibadah kurban hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Bagi orang yang mampu melakukannya lalu ia meninggalkan hal itu, maka ia dihukumi makruh. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Nabi saw pernah berkurban dengan dua kambing kibasy yang sama-sama berwarna putih kehitam-hitaman dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelih kurban tersebut, dan membacakan nama Allah serta bertakbir (waktu memotongnya).


Dari Ummu Salamah ra, Nabi saw bersabda, “Dan jika kalian telah melihat hilal (tanggal) masuknya bulan Dzul Hijjah, dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia membiarkan rambut dan kukunya.” HR Muslim


Arti sabda Nabi saw, ” ingin berkorban” adalah dalil bahwa ibadah kurban ini sunnah, bukan wajib.


Diriwayatkan dari Abu Bakar dan Umar ra bahwa mereka berdua belum pernah melakukan kurban untuk keluarga mereka berdua, lantaran keduanya takut jika perihal kurban itu dianggap wajib.


Hikmah Kurban

Ibadah kurban disyariatkan Allah untuk mengenang Sejarah Idul Adha sendiri yang dialami oleh Nabi Ibrahim as dan sebagai suatu upaya untuk memberikan kemudahan pada hari Id, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw, “Hari-hari itu tidak lain adalah hari-hari untuk makan dan minum serta berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla.”

Syarat-syarat Qurban


Binatang yang Diperbolehkan untuk Kurban

Binatang yang boleh untuk kurban adalah onta, sapi (kerbau) dan kambing. Untuk selain yang tiga jenis ini tidak diperbolehkan. Allah SWT berfirman, “supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka.” (Al-Hajj: 34).


Dan dianggap memadai berkurban dengan domba yang berumur setengah tahun, kambing jawa yang berumur satu tahun, sapi yang berumur dua tahun, dan unta yang berumur lima tahun, baik itu jantan atau betina. Hal ini sesuai dengan hadis-hadis di bawah ini:


Dari Abu Hurairah ra berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Binatang kurban yang paling bagus adalah kambing yang jadza’ (powel/berumur satu tahun).” (HR Ahmad dan Tirmidzi).


Dari Uqbah bin Amir ra, aku berkata, wahai Rasulullah saw, aku mempunyai jadza’, Rasulullah saw menjawab, “Berkurbanlah dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim).


Dari Jabir ra, Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian mengurbankan binatang kecuali yang berumur satu tahun ke atas, jika itu menyulitkanmu, maka sembelihlah domba Jadza.

Syarat-syarat Qurban

Binatang yang Diperbolehkan untuk Kurban

Binatang yang boleh untuk kurban adalah onta, sapi (kerbau) dan kambing. Untuk selain yang tiga jenis ini tidak diperbolehkan. Allah SWT berfirman, “supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka.” (Al-Hajj: 34).

Dan dianggap memadai berkurban dengan domba yang berumur setengah tahun, kambing jawa yang berumur satu tahun, sapi yang berumur dua tahun, dan unta yang berumur lima tahun, baik itu jantan atau betina. Hal ini sesuai dengan hadis-hadis di bawah ini:

Dari Abu Hurairah ra berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Binatang kurban yang paling bagus adalah kambing yang jadza’ (powel/berumur satu tahun).” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Dari Uqbah bin Amir ra, aku berkata, wahai Rasulullah saw, aku mempunyai jadza’, Rasulullah saw menjawab, “Berkurbanlah dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari Jabir ra, Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian mengurbankan binatang kecuali yang berumur satu tahun ke atas, jika itu menyulitkanmu, maka sembelihlah domba Jadza’.”


Berkorban dengan Kambing yang Dikebiri

Boleh-boleh saja berkurban dengan kambing yang dikebiri. Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Rafi’, bahwa Rasulullah saw berkurban dengan dua ekor kambing kibasy yang keduanya berwarna putih bercampur hitam lagi dikebiri. Karena dagingnya lebih enak dan lebih lezat.Binatang-Binatang yang Tidak Diperbolehkan untuk Kurban

Syarat-syarat binatang yang untuk kurban adalah bintang yang bebas dari aib (cacat). Karena itu, tidak boleh berkurban dengan binatang yang aib seperti di bawah ini:

1. Yang penyakitnya terlihat dengan jelas.

2. Yang buta dan jelas terlihat kebutaannya

3. Yang sumsum tulangnya tidak ada, karena kurus sekali.

Rasulullah saw bersabda, “Ada empat penyakit pada binatang kurban yang dengannya kurban itu tidak mencukupi. Yaitu yang buta dengan kebutaan yang nampak sekali, dan yang sakit dan penyakitnya terlihat sekali, yang pincang sekali, dan yang kurus sekali.” (HR Tirmidzi seraya mengatakan hadis ini hasan sahih).

4. Yang cacat, yaitu yang telinga atau tanduknya sebagian besar hilang.

Selain binatang lima di atas, ada binatang-binatang lain yang tidak boleh untuk kurban, yaitu:

1. Hatma’ (ompong gigi depannya, seluruhnya).

2. Ashma’ (yang kulit tanduknya pecah).

3. Umya’ (buta).

4. Taula’ (yang mencari makan di perkebunan, tidak digembalakan).

5. Jarba’ (yang banyak penyakit kudisnya).

Juga tidak mengapa berkurban dengan binatang yang tak bersuara, yang buntutnya terputus, yang bunting, dan yang tidak ada sebagian telinga atau sebagian besar bokongnya tidak ada. Menurut yang tersahih dalam mazhab Syafi’i, bahwa yang bokong/pantatnya terputus tidak mencukupi, begitu juga yang puting susunya tidak ada, karena hilangnya sebagian organ yang dapat dimakan. Demikian juga yang ekornya terputus. Imam Syafi’i berkata, “Kami tidak memperoleh hadis tentang gigi sama sekali.“Waktu Penyembelihan Hewan Kurban

Untuk kurban disyaratkan tidak disembelih sesudah terbit matahari pada hari ‘Iduladha. Sesudah itu boleh menyembelihnya di hari mana saja yang termasuk hari-hari Tasyrik, baik malam ataupun siang. Setelah tiga hari tersebut tidak ada lagi waktu penyembelihannya.


Dari al-Barra’ ra Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali kita lakukan pada hari ini (Iduladha) adalah kita salat, kemudian kita kembali dan memotong kurban. Barangsiapa melakukan hal itu, berarti ia mendapatkan sunnah kami. Dan barangsiapa yang menyembelih sebelum itu, maka sembelihan itu tidak lain hanyalah daging yang ia persembahkan kepada keluarganya yang tidak termasuk ibadah kurban sama sekali.”


Abu Burdah berkata, “Pada hari Nahar, Rasulullah saw berkhotbah di hadapan kami, beliau bersabda: ‘Barangsiapa salat sesuai dengan salat kami dan menghadap ke kiblat kami, dan beribadah dengan cara ibadah kami, maka ia tidak menyembelih kirban sebelum ia salat’.”


Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menyembelih sebelum salat, maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya. Dan barangsiapa yang menyembelih setelah salat dan khotbah, sesungguhnya ia telah sempurnakan dan ia mendapat sunnah umat Islam.” (HR Bukhari dan Muslim).


Bergabung dalam Berkurban

Dalam berkurban dibolehkan bergabung jika binatang korban itu berupa onta atau sapi (kerbau). Karena, sapi (kerbau) atau unta berlaku untuk tujuh orang jika mereka semua bermaksud berkurban dan bertaqarrub kepada Allah SWT.


Dari Jabir ra berkata, “Kami menyembelih kurban bersama Nabi saw di Hudaibiyyah seekor unta untuk tujuh orang, begitu juga sapi (kerbau).” (HR Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi)


Pembagian Daging Kurban

Disunahkan bagi orang yang berkurban memakan daging kurbannya, menghadiahkannya kepada para kerabat, dan menyerahkannya kepada orang-orang fakir. Rasulullah saw bersabda, “Makanlah dan berilah makan kepada (fakir-miskin) dan simpanlah.”


Dalam hal ini para ulama mengatakan, yang afdhal adalah memakan daging itu sepertiga, menyedekahkannya sepertiga dan menyimpannya sepertiga.


Daging kurban boleh diangkut (dipindahkan) sekalipun ke negara lain. Akan tetapi, tidak boleh dijual, begitu pula kulitnya. Dan, tidak boleh memberi kepada tukang potong daging sebagai upah. Tukang potong berhak menerimanya sebagai imbalan kerja. Orang yang berkurban boleh bersedekah dan boleh mengambil kurbannya untuk dimanfaatkan (dimakan).


Menurut Abu Hanifah, bahwa boleh menjual kulitnya dan uangnya disedekahkan atau dibelikan barang yang bermanfaat untuk rumah.


Orang yang Berkurban Menyembelihnya Sendiri

Orang yang berkorban yang pandai menyembelih disunahkan menyembelih sendiri binatang kurbannya. Ketika menyembelih disunahkan membaca, “Bismillahi Allahu Akbar, Allahumma haadza ‘an?” (Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar, ya Allah kurban ini dari ?[sebutkan namanya]).


Karena, Rasulullah saw menyembelih seekor kambing kibasy dan membaca, “Bismillahi wallahu Akbar, Allahumma haadza ‘anni wa’an man lam yudhahhi min ummati” (Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar, Ya Allah sesungguhnya (kurban) ini dariku dan dari umatku yang belum berkurban).” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).


Jika orang yang berkurban tidak pandai menyembelih, hendaknya dia menghadiri dan menyaksikan penyembelihannya.

Kerajaan Islam di sulawesi

 Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi dan Sejarah SingkatnyaSalah satu bukti sejarah yang ada di Indonesia adalah kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan-kerajaan Islam yang berada di Indonesia sangat dipengaruhi oleh para pedagang Arab, Persia, India, maupun Cina.


Banyak sekali kerajaan Islam yang ada di Indonesia, salah satunya yang ada di tanah Sulawesi. Apa saja kerajaan Islam yang ada di Sulawesi dan bagaimana sejarahnya agama Islam dapat berkembang di tanah Sulawesi?


Kerajaan Islam di Sulawesi

Banyak sekali kerajaan Islam yang ada di Sulawesi. Namun terdapat tiga kerajaan Islam besar yang ada. Adapun kerajaan Islam di Sulawesi diantaranya:


Kerajaan Gowa-Tallo atau Kesultanan Makassar


Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan Islam pertama di tanah Sulawesi. Mengutip buku Sejarah karya Nana Supriatna (2008: 42), kerajaan kecil yang ada di Sulawesi Selatan telah berkembang sejak sekitar abad ke-16. Namun kerajaan-kerajaan kecil ini selalu bersaing memperebutkan wilayah kekuasaan di tanah Sulawesi. Sehingga menghasilkan sebuah kerajaan berdasarkan tempat kemenanganKerajaan ini menjadi sasaran perang Lawu, Bone, Soppeng, dan Wajo. Kerajaan Gowa-Tallo resmi menjadi sebuah kerajaan Islam ketika kedua raja dari Gowa dan Tallo resmi memeluk Islam pada 22 September 1605.


Meskipun sudah menjadi kerajaan Islam, kerajaan Goa-Tallao masih tetap berhubungan baik dengan bangsa Portugis yang beragama Kristen Katolik2. Kerajaan Buton


Kerajaan yang berlokasi di Buton, Sulawesi Tenggara yang dipimpin raja Lakilaponto yang mengkomandoi peresmian agama Islam di daerah tersebut. Bentuk pemerintahan yang awalnya berbentuk kerajaan berubah menjadi kesultanan ketika salah seorang ulama bernama Syaikh Abdul Wahid tinggal di Buton.


Sultan pertama yang merah tahtanya pada saat itu adalah Halu Oleo. Beliau sebelumnya sempat menyerahkan posisi kepala pemerintahan kepada adiknya yang bernama La Posasu. Namun beliau kembali ke kraton dan dilantik sebagai sultan pertama dari tahun 1491 sampai 1537.3.

 :Kerajaan Bone



Berdirinya Kerajaan Bone sangat dipengaruhi oleh kerajaan Gowa. Sultan Alauddin yang merupakan raja ke-14 di Kerajaan Gowa yang menyebarkan agama Islam dengan damai. Beliau menyearkan sampai kepada kerajaan-kerajaan tetangga. La Tenri Ruwa sebagai Raja Bone XI yang menerima ajaran agama Islam. Kemudian warganya diikuti beberapa masyarakat Bone.


Demikian penjelasan tentang kerajaan Islam yang ada di Sulawesi. Dengan mengetahui banyaknya kerajaan Islam yang ada di Indonesia yang menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. 

Kerajaan mataram

 Kerajaan Mataram: Sejarah Berdiri hingga Kisah Pertempuran dengan BelandaPada suatu ketika terjadi huru-hara perebutan penerus tahta kekuasaan di Kerajaan Pajang antara Pangeran Benowo dengan Arya Pangiri. Pada tahun 1583 Arya Pangiri menjadi Raja Kerajaan Pajang menggantikan Sultan Hadiwijaya. Namun selama berkuasa dia mengabaikan kepentingan rakyat sehingga membuat Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa di Jipang memberontak.


Dengan dibantu oleh Panembahan Senopati, Pangeran Benowo menyerang Pajang yang dipimpin Arya Pangiri. Pajang berhasil dikalahkan dan Pangeran Benowo dinobatkan menjadi raja ketiga.


Namun kekuasaan Pangeran Benowo tidak berlangsung lama, sebab dia lebih memilih untuk menyebarkan agama Islam. Pada tahun 1586 kekuasaan Pangeran Benowo di Pajang berakhir tanpa meninggalkan putra mahkota.


Panembahan Senopati atau Sutawijaya kemudian menjadikan Pajang sebagai negeri bawahan Mataram. Sejak saat itulah kemudian resmi didirikan Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram resmi berdiri sekitar tahun 1586 dan dipimpin oleh Panembahan Senopati, seperti tertulis dalam buku Kitab Terlengkap Sejarah Mataram oleh Soedjipto Abimanyu.



Masa Kepemimpinan Panembahan Senopati

Sebagai pemimpin pertama kerajaan Mataram, Panembahan Senopati berupaya untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke berbagai daerah. Madiun dan Ponorogo merupakan dua wilayah yang berhasil ia kuasai pada tahun 1586, di awal masa kepemimpinannya. Disusul dengan seluruh wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang berhasil ia taklukan.


Namun ada beberapa wilayah di kawasan Jawa Timur yang tidak dikuasai kerajaan Mataram, yakni Pasuruan, Panarukan, dan Blambangan.


Perluasan wilayah kemudian berlanjut ke Jawa Barat pada tahun 1595, seperti Cirebon dan Galuh.


Sambil memperluas wilayah kekuasan kerajaan Mataram, Panembahan Senopati juga mampu menyelesaikan pemberontakan yang terjadi di dalam kerajaan.


Pada tahun 1601, Sutawijaya atau Panembahan Senopati wafat. Kepemimpinannya kemudian digantikan oleh Anyakrawati atau Mas Jolang, putra dari Panembahan Senopati.


Masa Kepemimpinan Anyakrawati dan Adipati Martapura

Di masa kepemimpinan Mas Jolang, banyak kota-kota yang memberontak dan ingin memisahkan diri dari kerajaan Mataram. Beberapa kota yang melakukan pemberontakan untuk memisahkan diri adalah Ponorogo, Surabaya, dan Demak.


Pemberontakan dilakukan terus-menerus, bahkan hingga Mas Jolang wafat pada tahun 1613. Kemudian kepemimpinan kerajaan Mataram diserahkan kepada Adipati Martapura. Adipati Martapura memerintah kerajaan Mataram dalam waktu yang singkat. Ia kemudian digantikan oleh Sultan Agung.Masa Kepemimpinan Sultan Agung

Dijelaskan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan karya M. Juanedi al-Anshori bahwa Sultan Agung adalah sebutan yang berarti raja besar yang sangat berkuasa. Ia memerintah sejak tahun 1613 hingga 1645.



Berkat pemerintahan Sultan Agung, kerajaan Mataram dapat menjadi kerajaan yang paling berkuasa di pulau Jawa, terkhusus Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ia juga memperluas wilayah ke Sukadana, Kalimantan dan Cirebon, Jawa Barat.



Saat ingin menguasai Banten, Sultan Agung ditantang oleh pihak Belanda yang datang dan singgah lebih awal di Banten.



Akhirnya terjadi bentrokan di antara kerajaan Mataram dan Belanda. Maka kerajaan Mataram harus berhasil mengalahkan Belanda terlebih dahulu agar dapat menguasai Banten. Adapun pusat kekuasaan Belanda terletak di Batavia.



Kerajaan Mataram kemudian menjatuhkan serangan ke Batavia sebanyak dua kali. Serangan pertama dilakukan pada 1628, tetapi hasilnya gagal. Kemudian disusul dengan serangan kedua pada 1629. Lagi-lagi hasilnya gagal dikarenakan persenjataan Belanda yang sangat luar biasa.



Namun Sultan Agung tidak patah semangat untuk mengalahkan Belanda. Ia melakukan berbagai upaya, seperti membangun jalan-jalan antara Mataram dan Batavia.



Sultan Agung juga bekerja sama dengan Portugis dan Inggris untuk mengalahkan Belanda. Namun cita-citanya tidak tercapai karena Sultan Agung wafat pada 1645

.Biografi Sultan AgungSultan Agung memerintah dari tahun 1613-1645. Pada masa pemerintahannya, wilayah Mataram sangatlah luas terutama ke daerah timur. Wilayah tersebut terbentang dari mulai Karawang bagian barat hingga Pasuruan bagian timur.


Selama masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram diusik oleh Belanda. Namun Sultan Agung berhasil menggunakan taktiknya dengan menawarkan kerjasama kepada kompeni Belanda. Awalnya ia melakukan siasat dengan rencana mengajak Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal Belanda, namun ditolak.


Sultan Agung tidak putus dan akhirnya memperbesar angkatan perang Mataram dan mengirimkannya ke Batavia untuk melawan Belanda. Pasukan Mataram pun akhirnya menyerang benteng Belanda menggunakan pedang dan tombak. Serangan tersebut pun gagal.


Sultan Agung kembali mengirim pasukan Mataram ke Batavia pada tahun 1629 dan berhasil merebut Benteng Hollandia. Meski begitu, akhirnya benteng tersebut berhasil direbut kembali oleh Belanda.


Kegagalan merebut Batavia, tidak membuat Sultan Agung mau berdamai dengan Belanda. Oleh karena itu, Sultan Agung dikenal sebagai sosok raja yang tanggung dan gigih dalam melawan Belanda.


Kejayaan dari kerajaan Mataram dipengaruhi juga oleh pribadi Sultan Agung yang ulet, cakap dan memiliki mental yang sangat kuat dibanding raja-raja sebelumnya.


Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan dimakamkan di daerah Imogiri. Mataram setelah sepeninggal Sultan Agung mengalami perpecahan karena adanya perebutan kekuasaan.


Prestasi Sultan Agung

Dalam buku Sejarah SMA Kelas 2 oleh Tugiyono dkk (2004), disebutkan beberapa prestasi yang pernah diraih oleh Sultan Agung selama memerintah sebagai Raja Mataram adalah sebagai berikut:


Menjadikan wilayah Mataram semakin luas yang mencakup Jawa, Madura, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin (kecuali Banten dan Batavia)

Melakukan pengawasan langsung wilayahnya dari pemerintah pusat (Kota Gede)

Menjadikan Mataram sebagai pengekspor beras terbesar karena kegiatan ekonomi yang diterapkan adalah bercorak agraris

Menundukkan daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa dan menyerang Belanda lewat operasi militer yang dilakukan secara besar-besaran di bawah pemerintahannya

Mengubah sistem perhitungan tahun Saka menjadi tahun Hijriah sehingga masyarakat Indonesia mengenal kalender Islam

Membuat sebuah karya terkenal yakni Sastra Gending

Menyusun kitab undang-undang yang berisi perpaduan hukum Islam dan adat Jawa yakni Surya alam.

Sejarah kerajaan demak

 Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa di bawah kepemimpinan raja pertamanya.

Kerajaan Demak berdiri pada awal abad ke-16 Masehi seiring kemunduran Majapahit.


Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah. Raden Patah adalah putra Raja Majapahit dan istrinya yang berasal dari China dan menjadi mualaf.Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di bawah kepemimpinan Raden Patah dengan adanya peran sentral Wali Songo. Periode kepemimpinan Raden Patah adalah fase awal semakin berkembangnya ajaran Islam di Jawa.Raja Kerajaan Demak setelah Raden Fatah wafat pada 1518 yaitu Adipati Unus (1488 - 1521). Adipati Unus adalah putra Raden Patah.


Sebelum menjadi sultan, Pati Unus terkenal dengan keberaniannya sebagai panglima perang. Julukan Pati Unus yaitu Pangeran Sabrang Lor muncul dari keberaniannya sebagai panglima tersebut.


Pati Unus memimpin penyerbuan kedua ke Malaka melawan Portugis pada 1521. Pati Unus wafat pada pertempuran tersebut.


Masa kejayaan Kerajaan Demak


: Masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung saat dipimpin Sultan Trenggana (1521 - 1546). Sultan Trenggana naik takhta setelah Pati Unus.


Letak Kerajaan Demak berada di Demak, Jawa Tengah. Pada periode Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan Demak meluas ke Jawa bagian timur dan barat. Pada 1527, pasukan Islam gabungan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.


Nama Sunda Kelapa lalu diganti menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan yang sempurna. Jayakarta kelak berganti nama menjadi Batavia, lalu Jakarta, ibu kota Republik Indonesia.


Sultan Trenggana wafat pada 1546. Insiden saat menyerang Panarukan, Situbondo, yang saat itu dikuasai Kerajaan Blambangan (Banyuwangi) membuat Sultan Trenggana terbunuh.


Wafatnya Sultan Trenggana membuat tampuk kepemimpinan Kerajaan Demak diperebutkan. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk menduduki kekuasaan mengalahkan Sunan Prawata, putra Sultan Trenggana. Sunan Prawata lalu membunuh Surowiyoto dan menduduki kekuasaan.


Kejadian tersebut menyebabkan surutnya dukungan terhadap kekuasaan Sunan Prawata. Ia lalu memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, Jawa Tengah. Ia hanya berkuasa selama satu tahun karena dibunuh Arya Penangsang, putra Surowiyoto pada 1547.


Arya Penangsang menduduki takhta Kerajaan Demak setelah membunuh Sunan Prawata. Ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri atau Pangeran Kalinyamat, penguasa Jepara karena dianggap berbahaya bagi kekuasaannya.Runtuhnya kerajaan Demak


Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan oleh pemberontakan Adipati Hadiwijaya, penguasa Pajang pada 1556. Hadiwijaya semula sangat setia pada Demak. Pemberontakan Hadiwijaya disebabkan oleh Arya Penangsang yang membunuh Sunan Prawata dan Pangeran Kalinyamat.


Pemberontakan Adipati Hadiwijaya menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak menjadi vazal atau wilayah kekuasaan Kesultanan Pajang.



Kerajaan Aceh darusalam

 Kerajaan Aceh adalah kerajaan Islam di Sumatera yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1496 M.


Ibu kota Kerajaan Aceh terletak di Kutaraja atau Banda Aceh (sekarang).


Kerajaan ini mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).


Di bawah kekuasaannya, Aceh berhasil menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama dan melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka.


Selain itu, kejayaan Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di dekat jalur pelayaran dan perdagangan internasional.Kompas.com



Kompas.com Stori

Kerajaan Aceh: Raja-raja, Puncak Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Kompas.com, 30 Mei 2021, 20:44 WIB

   Komentar 


Komentar Lihat Foto

Gramedia

Masjid Raya Baiturrahman peninggalan Kerajaan Aceh

Masjid Raya Baiturrahman peninggalan Kerajaan Aceh


Penulis: Widya Lestari Ningsih | Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Kerajaan Aceh adalah kerajaan Islam di Sumatera yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1496 M.


Ibu kota Kerajaan Aceh terletak di Kutaraja atau Banda Aceh (sekarang).


Kerajaan ini mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).


Di bawah kekuasaannya, Aceh berhasil menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama dan melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka.


Selain itu, kejayaan Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di dekat jalur pelayaran dan perdagangan internasional.



Sejarah Kerajaan Aceh

Berdirinya Kerajaan Aceh bermula ketika kekuatan Barat telah tiba di Malaka.


Hal itu mendorong Sultan Ali Mughayat Syah untuk menyusun kekuatan dengan menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di bawah payung Kerajaan Aceh.


Untuk membangun kerajaan yang besar dan kokoh, Sultan Ali Mughayat Syah membentuk angkatan darat dan laut yang kuat.


Sultan Ali Mughayat Syah juga meletakkan dasar-dasar politik luar negeri Kerajaan Aceh, yang isinya sebagai berikut.


Mencukupi kebutuhan sendiri, sehingga tidak bergantung pada pihak luar

Menjalin persahabatan yang lebih erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di nusantara

Bersikap waspada terhadap negara Barat

Menerima bantuan tenaga ahli dari pihak luar

Menjalankan dakwah Islam ke seluruh nusantaraRaja-raja Kerajaan Aceh

Berikut ini 35 sultan dan sultanah yang berkuasa menjadi raja Kerajaan Aceh.


Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)

Sultan Salahudin (1528-1537 M)

Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar (1537-1568 M)

Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568-1575 M)

Sultan Muda (1575 M)

Sultan Sri Alam (1575 - 1576 M)

Sultan Zain al-Abidin (1576-1577 M)

Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589 M)

Sultan Buyong (1589-1596 M)

Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604 M)

Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)

Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)

Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M)

Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675 M)

Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678 M)

Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688 M)

Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699 M)

Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702 M)

Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703 M)

Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726 M)

Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726 M)

Sultan Syams al-Alam (1726-1727 M)

Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735 M)

Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760 M)

Sultan Mahmud Syah (1760-1781 M)

Sultan Badr al-Din (1781-1785 M)

Sultan Sulaiman Syah (1785-…)

Alauddin Muhammad Daud Syah Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815 M) dan (1818-1824 M)

Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818 M)

Sultan Muhammad Syah (1824-1838 M)

Sultan Sulaiman Syah (1838-1857 M)

Sultan Mansur Syah (1857-1870 M)

Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M)

Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903 M)

Kerajaan samudra pasai

 Kerajaan Samudera PasaiKerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.


Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar


Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam. Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.


SILSILAH

1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)

2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)

3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345

4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)

5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)

6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)

7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)

8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)

9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)

10.Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)

11.Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)

12.Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)

13.Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524


PERIODE PEMERINTAHAN

Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16 M.


WILAYAH KEKUASAAN

Wilayah kekuasaan Pasai mencakup wilayah Aceh ketika itu.


STRUKTUR PEMERINTAHAN

Pimpinan tertinggi kerajaan berada di tangan sultan yang biasanya memerintah secara turun temurun. disamping terdapat seorang sultan sebagai pimpinan kerajaan, terdapat pula beberapa jabatan lain, seperti Menteri Besar (Perdana Menteri atau Orang Kaya Besar), seorang Bendahara, seorang Komandan Militer atau Panglima Angkatan laut yang lebih dikenal dengan gelar Laksamana, seorang Sekretaris Kerajaan, seorang Kepala Mahkamah Agama yang dinamakan Qadi, dan beberapa orang Syahbandar yang mengepalai dan mengawasi pedagang-pedagang asing di kota-kota pelabuhan yang berada di bawah pengaruh kerajaan itu. Biasanya para Syahbandar ini juga menjabat sebagai penghubung antara sultan dan pedagang-pedagang asing.Selain itu menurut catatan M.Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan Islam Samudera Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama dan jabatan-jabatan mereka adalah sebagai berikut:

1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.

2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.

3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar Negeri


KEHIDUPAN POLITIK

Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Pada masa pemerintahannya, datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopololah maka dapat diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan. Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh keturunannya yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297 – 1326). Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir II (1326 – 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan Ibnu Batutah seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan diatur secara India dan patihnya bergelar Amir. Pada masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak banyak diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir III kurang begitu jelas. Menurut sejarah Melayu, kerajaan Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak adanya data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai tidak diketahui secara jelas. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya.


KEHIDUPAN EKONOMI

Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka.

Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu Batulah.

Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang emas yang dinamakan Deureuham (dirham).

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.


Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.

Meneladani perjuangan Umar bin khattab

 Umar bin Khattab adalah Amirul Mukminin, atau Khalifah kedua yang memimpin umat Islam sepeninggal Abu Bakar Ash Shiddiq.


Beliau dijuluki Al Faruq yang artinya pembeda, karena beliau adalah orang yang bisa membedakan suatu hal yang baik dan buruk.


Umar bin Khattab lahir di Mekkah pada 585 Masehi.


Beliau adalah putra Khattab bin Nufail yang merupakan seorang pedagang dan salah satu orang terpandang dari suku Quraisy.


Saat dakwah Nabi Muhammad SAW mulai dilakukan secara terang-terangan, Umar adalah salah satu orang yang dengan keras menentang hal tersebut, bahkan tidak ada orang yang berani untuk melawannya.


Umar memang memiliki reputasi yang sangat baik sebagai orang yang cerdas, ahli dalam berdiplomatik, dan ahli strategi perang, namun beliau juga sering menyakiti para pengikut Nabi Muhammad SAW di awal kemunculan Islam.


Saat kesabarannya sudah di ambang batas, beliau berniat membunuh Rasulullah SAW, tapi dihalangi oleh Nu’aim bin Abdillah yang memberi tahu bahwa Fatimah binti Khattab, adik perempuan Umar, juga sudah masuk Islam.


Namun karena suatu peristiwa yang terjadi di rumah adiknya, Umar bin Khattab akhirnya sadar dengan keindahan yang ada pada Islam dan memutuskan untuk memeluk Islam.


Sebagai salah seorang sahabat Nabi, Umar dikenal sebagai pembela Islam garda terdepan bahkan tidak segan untuk melawan para musuh yang usianya jauh lebih tua darinya.


Karena perjuangan dan dedikasinya pada Islam, Umar bin Khattab menjadi salah satu orang yang sudah dijanjikan surga oleh Allah SWT.


Sebenarnya, perjuangan apa saja yang dilalui Umar bin Khattab dan sikap apa saja yang bisa kita teladani dari sikapnya?


Berikut ini adalah beberapa kepribadian Umar bin Khattab yang bisa kita tiru dalam kehidupan sehari-hari.Kepribadian Umar bin Khattab yang Bisa Kita Teladani

1. Pemberani

Umar bin Khattab dikenal sebagai salah satu manusia yang paling pemberani, bahkan jauh sebelum beliau masuk Islam.


Sejak masuk Islam, sifat pemberani Umar juga dibarengi dengan kelembutan hatinya, beliau bahkan ikut membantu melindungi Rasulullah SAW saat ingin berhijrah dan berdakwah, sehingga tidak ada satupun orang yang berani menghalanginya.


Umar yang dijuluki singa padang pasir ini berpendapat bahwa sikap pemberani akan membuat seseorang lebih percaya diri dan mampu menghadapi masalah dalam situasi apapun.


Berkat keberanian dan ketegasannya, setan pun enggan untuk berpapasan dengan beliau dan memilih untuk melewati jalan yang lain.


2. Mengutamakan Keadilan

Adil merupakan sifat yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, terutama para pemimpin umat.


Umar bin Khattab adalah sosok Khalifah yang sangat menjunjung tinggi keadilan, beliau bahkan tidak pernah ragu untuk memberikan penghargaan atau hukuman bagi siapapun yang pantas untuk mendapatkannya.


Membiasakan diri untuk selalu bersikap adil dan membuat kehidupan menjadi lebih tentram adalah dengan menjauhkan perbuatan yang zhalim terutama terhadap hak yang dimiliki oleh orang lain.3. Hidup Sederhana

Kehidupan Umar bin Khattab sebelum dan sesudah menjadi Khalifah tidak banyak berubah, beliau selalu hidup dalam kesederhanaan seperti yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.


Kesederhanaan ini ditunjukkan melalui kehidupan sehari-harinya, yaitu dengan tidak mengenakan pakaian atau perhiasan yang berlebihan, hanya membeli barang sesuai kebutuhan, dan tidak makan makanan enak sebelum semua umat Islam mendapatkan makanan.


Seseorang yang terbiasa hidup sederhana walaupun memang akan selalu merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, dan hidupnya juga akan terasa lebih tenang karena tidak mengejar harta dunia.


4. Bertanggung Jawab

Sebagai seorang Khalifah, Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang bertanggung jawab, beliau selalu rutin berpatroli untuk mengontrol keadaan rakyatnya.


Setiap malam, beliau memilih untuk menyamar menjadi rakyat biasa, berkeliling kota, dan membantu orang-orang yang sedang kesusahan dan membutuhkan bantuan.


5. Cerdas dan Berpengetahuan Luas

Umar bin Khattab adalah seorang yang cakap dalam bidang tulis menulis, sastra, penerjemah, dan beliau juga mampu mengingat banyak ilmu dengan sangat baik.


Hal ini membuatnya mampu merekam dengan jelas setiap wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.


Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab sudah memiliki kecakapan dalam banyak bidang, hal ini membuatnya sering diandalkan untuk menjadi perwakilan dari suku Quraisy.


Setelah dirinya masuk Islam, Umar juga masih sering dijadikan sebagai juru tulis dan juru perundingan untuk mengenalkan agama Islam ke banyak orang.


Setelah mengetahui bagaimana kepribadian Umar bin Khattab, ada baiknya kita sebagai manusia juga ikut mengamalkan sifat-sifat beliau dalam kehidupan sehari-hari, supaya kita bisa menjadi manusia yang jauh lebih baik.

- Copyright © seni budaya - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -